
Menurut si pemikir ini, agar negara tidak tidak berjalan otoriter, maka kekuasaan musti dibagi menjadi tiga: eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Itulah struktur negara demokrasi.
Legislatif sebagai pembuat undang-undang dan pengawas seperti DPR. Eksekutif sebagai peng-eksekusi undang-undang, seperti presiden dan seluruh jajaran di bawahnya. Yudikatif sebagai penegak hukum bagi yang melanggar.
Dengan membagi kekuasaan menjadi tiga bagian yang terpisah, diyakini pemerintahan yg terbentuk akan terhindar dari sifat otoritarianisme.
Tak tanggung-tanggung. Lebih dari 90% negara modern saat ini sangat percaya bahwa Demokrasi dengan Trias Politikanya adalah formula terbaik di dunia. Tidak ada pilihan lain.
Tetapi sehebat apapun Muntesquieu, sebagai manusia biasa, dia hanya kalah di hadapan ibu-ibu.
BACA JUGA:
- Tauhid Semenjak Awal Hingga Selamanya Tetap Dalam Genggaman | Bagian 2
- Kami Bukan Musuh, Jangan Perangi Kami
Di tangan ibu-ibu, teori Trias Politika yang konon agung itu hanya jadi mainan yang mudah permainkan.
Legislatif diberikan kepada anak kesayangannya. Eksekutif diberikan pada petugas partainya. Yudikatif diserahkan kepada... anu... ah sudahlah.
Ketahanan teori kekuasaan terpisah Denokrasi Trias Politika ternyata hanya selevel itu saja.
Kekuasaan terpisah Demokrasi Trias Politika ternyata sangat mudah digenggam dalam satu genggaman ibu-ibu tua.
Demokrasi, kelar hidup lo. Eh...
Montesquieu, kelar hidu lo.
Jogja 31019
@doniriw
t.me/doniriw_channel
fb.me/doniriwchannel
Facebook Conversations